Opini

OPINI : Media Sosial Butuh Rekonstruksi

Saif Mahasiswa S2 UIN Raden Intan Lampung

OPINI – Keberadaan sosio-ekonomi dan komunikasi politik masyarakat umumnya, tertuangkan melalui media sosial. Jual beli juga kritik kepada pemerintah ada di media sosial (medsos), hoax ataupun faktual ada dihalaman beranda pengguna medsos.

Seseorang dewasa ini dominan bahkan cenderung nyaman dengan fasilitas medsos yang sangat mudah dan free, asalkan punya pikiran; ia dapat menuangkan kedalam kolom statusnya. Pikiran orang yang termaktup menjadi kalimat bisa diakses siapapun itu bebas.

Pengguna medsos tidak sedikit yang motifasinya hanya untuk hiburan, mereka sekedar membagikan momen dan apapun yang potensinya sekedar happy. Artinya hiruk pikuk medsos sebagai sekedar isapan jempol.

Bagi politisi dan bisnismen, medsos adalah sarang pemasaran dan jejaring setrategisnya. Karena apapun resikonya, jika memberi dampak positif terhadap kepentingannya; mereka berani membayar berapapun sehingga martabat dan kepercayaan pelanggan atau masanya meningkat.

Dasar motifasi pengguna medsos hari ini adalah terlampiaskan amarahnya akibat berlainan faham, tafsir, makna, dan apapun yang bersebrangan dengannya. Kontestasi politik dan persaingan antar perusahaan mengakibatkan medsos tidak stabil dalam menyampaikan aspirasi saran kritiknya, dalihnya hanya kebebasan tanpa aturan. Inilah kepentingan, apapun rasionalisasinya – medsos merupakan corong – terbaik bagi komunitas berbasis masa yang tidak mengenal umur suku agama dan apapun.

Hal ini menumbuhkembangkan perpecahan yang seharusnya dewasa memaknai perbedaan sebagai bagian dari demokrasi. Lalu bagaimana menangani media sosial yang dijadikan alat perpecahan dan pertempuran antar kepentingan?!

Kepentingan yang diaktualisasikan melalui administrasi tidak terlepas dari finansial, artinya kebutuhan dalam mencapai kepentingan membutuhkan finansial. Dari sinilah orang bisa mengadudomba antar kepentingan dengan besaran finansialnya. Pengguna media sosial yang dibiayai akan memilih mana potensi keuangan yang lebih besar, sehingga berpihak kepada pemilih modal.

Media sosial yang dijadikan alat kepentingan sepihak inilah yang kemudian membikin gaduh pembacanya. Artinya, selain kesadaran adanya UU ITE, diperlukan kesadaran membangun moral medsos melalui ramah media sosial. (OPINI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *