Pendidikan

Tiga Mahasiswa UKSW Berhasil Ubah Kulit Singkong Jadi Plastik

Gayabarunews.com, SALATIGA – Tiga orang mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga meraih medali perak di ajang Thailand Inventors Day 2020 yang digelar di Bangkok International Trade and Exhibition Center (BITEC), Bangkok, Thailand pada 2-6 Februari lalu. Adapun karya mereka yang dilombakan diajang tersebut, yakni mengembangkan sebuah produk bioplastik berbahan dasar kulit singkong.

Produk inovasi yang diberi nama Caspeea A Bioplastic Made from Cassava Peel Wastage to Combat Plastic Waste Crisis Worldwide ini diklaim memiliki ketahanan terhadap beban hingga mencapai 15 Mpa. Sementara produk bioplastik lainnya hanya dapat menahan beban sebesar 9 Mpa.

Para mahasiswa tersebut adalah I Gede Kesha Aditya Kameswara, M Sulthan Arkana, mahasiswa program studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika (FSM); dan Pambayun Pulung Manekung Stri Sinandang, mahasiswi Prodi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi (FISKOM) UKSW.
Ketiga mahasiswa yang tergabung dalam tim inovator Caspeea ini, menjadi salah satu kontingen yang mewakili Indonesia dalam kompetisi yang diikuti oleh 500 peserta dari 23 negara. Capaian ini sekaligus melengkapi total raihan medali kontingen Indonesia yakni sebanyak 58 medali baik emas, perak dan perunggu.Kesha mengatakan, tim inovator Caspea memilih bahan tersebut untuk dijadikan produk bioplastik karena kulit singkong yang mengandung sekitar 60% polisakarida berupa pati hanya menjadi limbah dan belum banyak dimanfaatkan. Indonesia sebagai salah satu produsen singkong terbesar di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 21 juta ton setiap tahun dikatakannya menjadikan kulit singkong sebagai kandidat kuat sebagai bahan utama pembuatan bioplastik karena memiliki keberlangsungan (sustainability) yang baik.

“Kami yakin produk bioplastik yang kami hasilkan mampu bersaing dengan plastik biasa. Kami juga menjamin bahwa produk ini food grade meskipun ada campuran bahan kimia,” kata Kesha, Senin (17/2/2020).

Kesha menyebutkan, kemampuan terurainya bioplastik yang mereka hasilkan dapat terurai sebesar 34,56% selama tiga hari waktu penimbunan di dalam tanah. Sedangkan produk kompetitor hanya sebesar 18%. Sementara plastik biasa produk pabrikan tidak dapat terurai sama sekali.

Proses produksi dari bioplastik caspeea ini pun terbilang mudah karena tidak memerlukan alat canggih. Proses produksinya dilakukan dengan merendam kulit singkong kedalam larutan garam CR (cyano reduction) untuk menghilangkan sianida yang terdapat pada kulit singkong. “Kemudian proses berikutnya adalah mengeringkan sekaligus menghaluskan kulit singkong tersebut hingga bentuknya berubah menjadi tepung,” kata Sultan.

Adapun tepung kulit singkong kemudian dicampurkan dengan asam laktat untuk meningkatkan ketahanan terhadap panas (fire resistant). Setelah itu campuran tersebut dicuci dengan aseton untuk memperoleh butiran bioplastik. Selanjutnya, butiran dicampurkan dengan polivinil alkohol (PVA) dan bahan penambah lainnya untuk memproduksi bioplastik yang memiliki nilai kuat tarik yang tinggi.

Atas raihan ini ketiganya mengaku bersyukur dan bangga dapat terpilih sebagai salah satu dari 30 tim wakil Indonesia. Ke depan, mereka akan terus mengembangkan produk Caspeea. “Kami akan menguji produk. Caspeea juga memiliki potensi menjadi pupuk karena bahan dasarnya mengandung mikromolekul yang dapat dijadikan pupuk kompos,” ujar Sultan.

Sementara itu, Dekan FSM UKSW Salatiga Adi Setiawan memberikan apresiasi atas prestasi yang telah diusung. Adi berharap raihan ini dapat mendorong mahasiswa lain untuk turut berinovasi dan memberikan dampak bagi lingkungan serta masyarakat.

“Sebagai insan yang ditempa dengan konsep creative minority di UKSW, kami berharap mereka dapat menjawab berbagai permasalahan serta tantangan yang ada di masyarakat. Sehingga mampu memberikan manfaat bagi sekitar,” katanya.(*)

Sumber : sindonews.com (amm)
Judul/artikel : asli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *